Dibalik Topeng Malam

Love Story Publisher
3.0
1 جائزہ
ای بک
162
صفحات
اہل ہے
درجہ بندیوں اور جائزوں کی تصدیق نہیں کی جاتی ہے  مزید جانیں

اس ای بک کے بارے میں

Udara di Puncak seperti menyimpan rahasia. Kabut tebal menutup jalanan berliku menuju vila yang tersembunyi di balik pagar besi besar. Di dalam mobil, aku duduk tanpa suara, hanya mengenakan mantel panjang yang menyembunyikan tubuhku yang telanjang. Gaun tipis, bra, celana dalam—semuanya kutinggalkan. Yang kubawa hanya kulit dan topeng hitam renda yang kubawa dalam genggaman.

Lukman menatapku lewat kaca spion.

“Sudah siap masuk ke dunia yang tidak punya kata kembali?”

Aku tak menjawab. Hanya mengangguk pelan. (Hal 71-72)

***

Di sebuah gang sempit di Bogor, di bawah lampu temaram yang berkedip lemah, sebuah pintu kayu tua menyimpan rahasia. Aroma kayu lapuk bercampur parfum manis menguar saat Ningsih melangkah masuk ke toko kostum "Stage and Shadow". Di balik rak-rak penuh gaun ratu dan jubah pendeta, seorang gadis berkostum badut menatapnya dengan mata yang tahu terlalu banyak. “Kamu mau jadi siapa malam ini?” tanyanya, suaranya lembut namun menggigit, seolah bisa melihat hasrat yang Ningsih sembunyikan bahkan dari dirinya sendiri. Sebuah topeng renda hitam tergeletak di meja, menanti untuk mengungkap dunia yang tak pernah Ningsih bayangkan.

Hujan merintik di Puncak, menyisakan kabut yang membungkus vila tua di balik pagar besi. Di dalam, musik gamelan bercampur dentum bass elektronik mengalun, seolah memanggil sesuatu yang purba dari dalam jiwa. Ningsih berdiri di ambang pintu, mantel panjangnya menyembunyikan tubuh telanjangnya, hanya topeng renda hitam yang kini menutupi wajahnya. Di ruangan bundar bercadar merah, tubuh-tubuh telanjang menari tanpa nama, tanpa wajah, hanya kulit dan napas yang berbicara. Seorang wanita bertopeng tinggi berbisik, “Kamu masih bisa pergi,” tapi Ningsih melepas mantelnya, melangkah masuk, dan dunia di sekitarnya meredup, menyisakan detak jantungnya sendiri.

Di lorong gelap vila, lukisan tubuh-tubuh tergantung menatap Ningsih dengan mata kosong. Tiga pria bertopeng—emas, perak, merah—mengitarinya, tangan mereka menyentuh kulitnya seperti sedang membaca kitab terlarang. “Kau penyusup,” kata topeng emas, suaranya dingin namun penuh janji. Kamar kecil di ujung lorong hanya memiliki kasur lebar dan cermin besar, mencerminkan tubuh Ningsih yang kini tak lagi miliknya sepenuhnya. Sentuhan mereka—kasar, lembut, penuh perhitungan—membangunkan sesuatu dalam dirinya, sesuatu yang haus, liar, dan tak bisa lagi dikurung. Apa yang mereka inginkan darinya, dan mengapa tubuhnya begitu rela menyerah?

Pagi datang terlalu cepat, membawa udara Bogor yang basah dan bisik-bisik kenangan. Ningsih berjalan masuk ke rumahnya, kulitnya masih menyimpan jejak malam yang tak bisa dilupakannya. Di meja ruang tamu, sebuah kotak hitam kecil muncul tanpa pengantar, berisi topeng renda hitam yang identik dengan yang dia pakai di vila. Selembar kertas di dalamnya bertuliskan, “Kau telah dipilih.” Jantungnya berdetak kencang—bukan karena takut, tapi karena tahu bahwa dunia itu belum selesai dengannya. Api di kompor dapur menjilat topeng itu hingga menjadi abu, tapi aroma gosongnya seolah berbisik: akankah Ningsih benar-benar bisa meninggalkan malam itu?

Agung, suaminya, menatapnya malam itu dengan mata yang penuh luka dan hasrat. “Ulangi semua itu untukku,” katanya, suaranya berat, “tanpa topeng, tanpa rahasia.” Kamar mereka menjadi panggung baru, di mana Ningsih menceritakan setiap sentuhan, setiap desah, dari malam di vila dan pertemuan-pertemuan terlarang lainnya. Tubuh mereka bertaut dalam kejujuran brutal, tapi di sudut pikiran Ningsih, sebuah pertanyaan menggantung: apakah kebebasan yang dia temukan di balik topeng bisa benar-benar hidup di bawah cahaya pagi? Dan jika pintu ke dunia itu terbuka lagi, akankah dia mampu menolak untuk melangkah masuk?


Contents:

Percakapan di Tempat Tidur—1

Irul Anak Pasien—13

Gigolo di Jalan Pajajaran—29

Pianis Bernama Lukman—45

Toko Kostum dan Gadis Badut—57

Vila Bertopeng—69

Korban dan Penyelamat—83

Pagi yang Buram—107

Pengakuan pada Agung—119

Topeng Terakhir—139

درجہ بندی اور جائزے

3.0
1 جائزہ

اس ای بک کی درجہ بندی کریں

ہمیں اپنی رائے سے نوازیں۔

پڑھنے کی معلومات

اسمارٹ فونز اور ٹیب لیٹس
Android اور iPad/iPhone.کیلئے Google Play کتابیں ایپ انسٹال کریں۔ یہ خودکار طور پر آپ کے اکاؤنٹ سے سینک ہو جاتی ہے اور آپ جہاں کہیں بھی ہوں آپ کو آن لائن یا آف لائن پڑھنے دیتی ہے۔
لیپ ٹاپس اور کمپیوٹرز
آپ اپنے کمپیوٹر کے ویب براؤزر کا استعمال کر کے Google Play پر خریدی گئی آڈیو بکس سن سکتے ہیں۔
ای ریڈرز اور دیگر آلات
Kobo ای ریڈرز جیسے ای-انک آلات پر پڑھنے کے لیے، آپ کو ایک فائل ڈاؤن لوڈ کرنے اور اسے اپنے آلے پر منتقل کرنے کی ضرورت ہوگی۔ فائلز تعاون یافتہ ای ریڈرز کو منتقل کرنے کے لیے تفصیلی ہیلپ سینٹر کی ہدایات کی پیروی کریں۔