Arum tertawa kecil, sinis, “Tetap tulus meski aku terus begini? Tetap cinta meski aku nggak mungkin keluar dari lembah hitam ini?” Ia tahu Yudi seperti belenggu, ancamannya maut, nyawa bisa lenyap dalam sekejap. Bima mengangguk, matanya penuh keyakinan, seperti anak muda yang percaya cinta bisa menaklukkan segalanya. Arum diam, napasnya bergetar, lalu mengulurkan jari kelingking. Bima mengaitkan kelingkingnya, senyumnya polos seperti matahari pagi.
“OK, mulai hari ini kita resmi pacaran,” kata Arum, suaranya lembut, hatinya tergoyang oleh ketulusan Bima, meski skeptisisme masih mengintai seperti bayang-bayang Yudi. (hal 114-115)
***
Di gerbong KRL yang sesak, di tengah aroma keringat dan parfum murah, Arum berdiri seperti nyanyian dosa yang tak bisa diabaikan. Rambutnya wangi Sunsilk, rok pendeknya menari di paha mulus, dan tanpa bra, payudaranya menggoda setiap mata yang berani melirik. Ia adalah kupu-kupu liar, menari di antara nafsu dan rahasia, dengan senyum yang menyimpan luka. Di balik godaan erotisnya—goyangan maut pinggulnya ada tali tak kasat mata yang mengikatnya pada Yudi, penguasa bayang-bayang. Apa yang mendorong wanita ini menyerahkan tubuhnya pada permainan berbahaya, di mana setiap desahan direkam untuk memeras? Di Jakarta 2025, Arum adalah misteri yang menggoda, tapi siapa yang akan membayar harga atas pesonanya?
Bima, 23 tahun, adalah anak Depok yang lebih paham Genshin Impact daripada intrik dunia kerja. Dengan kemeja biru dan kepolosan yang hampir lucu, ia terseret ke pusaran Arum, wanita yang membuat jantungnya berdetak kencang sejak sentuhan nakal di KRL. Cintanya tulus, sepolos lirik Slank di malam gerimis, namun di balik matanya yang penuh harap, ada bayang-bayang kebenaran yang ia temukan: 120 video liar di Google Drive, menampilkan Arum dengan pria-pria berkuasa. Mengapa Bima tetap memilih mencintai wanita yang terperangkap dalam jaring manipulasi? Di ruang HRD yang dingin atau di lampu neon Detos, ia berdiri di persimpangan: apakah cinta bisa menyelamatkan, atau justru menyeretnya ke jurang yang sama?
Di balik gedung-gedung kaca wilayah Sudirman, Yudi duduk seperti raja di tahta kegelapan. Jas Armani-nya memeluk tubuh atletis, tapi matanya dingin, seperti serigala yang menghitung langkah mangsa. Ia adalah arsitek bisnis manipulasi, di mana video seks adalah senjata, Arum adalah pion, dan saham perusahaan seperti PT Farmasi Nurani adalah trofi. Dari hotel mewah di Rasuna Said hingga ruang rapat penuh ketegangan, Yudi menjalankan permainan licik: memeras tokoh agama, menundukkan motivator terkenal, dan menghancurkan siapa saja yang menghalangi ambisinya. Tapi apa rahasia di balik kekuasaannya yang tampak tak tergoyahkan? Dan mengapa Arum, kupu-kupu liarnya, tak pernah bisa lepas dari cengkeramannya?
Jakarta 2025 adalah kota yang tak pernah tidur, di mana lampu jalanan Margonda dan penuh-sesaknya penumpang KRL menyembunyikan rahasia-rahasia kotor. Di apartemen mewah Pondok Cina, Arum dan Bima menari dalam pelukan erotis, tubuh mereka menyatu di bawah lampu romantis didalam kamar, tapi di luar sana, dunia berputar dalam intrik. Hotel-hotel mewah menjadi saksi desahan yang direkam diam-diam, ruang rapat korporat bergema dengan ancaman terselubung, dan gerimis di panggung Detos mengiringi lagu Slank yang berbisik tentang cinta yang tulus. Apa yang tersembunyi di balik gemerlap kota ini? Dan bagaimana Bima, dengan hati polosnya, akan bertahan di tengah pusaran manipulasi yang mengintai dari setiap sudut?
Di bawah langit gerimis Depok, Bima dan Arum mengaitkan kelingking, menyegel janji saling memiliki yang rapuh di tengah badai. Tapi di balik senyum Arum, ada trauma yang tak terucap—pria yang datang dan pergi, tubuhnya yang ikhlas dijamah demi tugas Yudi, dan ketakutan akan sosok yang bisa membeli hukum dan nyawa. Seratus dua puluh video di Google Drive adalah bukti permainan kotor, tapi itu hanya puncak gunung es. Apa yang akan terjadi ketika Bima, dengan cintanya yang tulus, melangkah lebih dalam ke dunia Yudi? Akankah ia menjadi penyelamat Arum, atau korban berikutnya dalam bisnis manipulasi yang tak kenal ampun? Di Jakarta yang berdenyut, setiap langkah adalah tarian di ujung pisau, dan rahasia berikutnya menanti untuk terungkap.
Contents:
Pagi yang Bikin Basah di KRL—1
Keseharian Bima Sebagai Pejuang Job Seeker—15
Mungkinkah Wanita itu Bernama Arum?—29
Deal Nakal di Detos—45
Pelajaran Liar di Pondok Cina—67
Jebakan Tubuh Indah—85
Kupu-Kupu Liarku Terbanglah kepadaku—103