***
Lidah Abi yang kaku dan belum berpengalaman itu terasa canggung di kulitku, tapi getaran dan kebasahan yang diciptakannya mengirimkan sengatan listrik langsung ke pusat gairahku. (Bab 1: Pijatan Keponakan Nakal)
“Lihat Tante,” bisikku sambil menunduk dan memasukkan ujung penisnya yang masih basah ke dalam mulutku. “Biar Tante yang bangunkan lagi.” (Bab 2: Dosa Pertama di Kamar Mandi)
Orgasme yang baru saja kuraih terasa hampa, hanya getaran sisa di tubuh yang dingin. Karena aku tahu, tidak peduli seberapa sering kami bercinta... aku tetaplah sebuah taman yang tandus. (Bab 3: Tangisan di Atas Sprei Sutra)
Meniduri ibu mertuaku. Tiga kata itu terasa seperti racun di lidahku. Bahkan membayangkannya saja sudah terasa seperti sebuah dosa yang tidak akan terampuni. (Bab 4: Ide Paling Gila)
Nafsu tidak bisa dipaksa. Gairah tidak bisa diperintah. Dan di ruangan yang dingin oleh rasa malu ini, yang tersisa hanyalah keputusasaan. (Bab 5: Ritual Canggung Tiga Orang)
Ini bukan lagi sebuah tugas. Ini bukan lagi sebuah prosedur. Ini adalah penaklukan. Dan wanita di bawahku ini, ibu mertuaku, adalah wilayah baru yang liar dan penuh gairah yang ingin kujelajahi hingga ke sudut terdalamnya. (Bab 6: Saat Pintu Tertutup)
Setiap malam aku menariknya ke dalam pelukanku, menuntut hakku sebagai seorang istri. Aku tidak akan membiarkannya lupa siapa pemilik ranjang ini sesungguhnya. (Bab 7: Dua Ranjang Satu Rahasia)
Perutku yang membuncit ini adalah simbol kebahagiaan putriku, tapi juga monumen dari dosaku. Dan di dalam rahimku, tumbuh benih dari pria yang sama-sama kami sebut milik kami. (Bab 8: Garis Biru Kebahagiaan dan Dosa)
Saat aku menggendong Bima, aku melihat wajah Shela dalam senyumnya, tapi aku tahu ia terbuat dari daging dan darah Leni. Hati seorang pria tidak seharusnya terbelah seperti ini. (Bab 9: Tangisan Pertama Keraguan Pertama)
Adrenalin dari bahaya itu justru menjadi afrodisiak terkuat. Itu membuat setiap sentuhan menjadi lebih tajam, setiap desahan menjadi lebih berharga. (Bab 10: Malam di Kamar Nenek)
Aku seharusnya mengamuk... Tapi anehnya, tidak ada satu pun dari perasaan itu yang datang... Saat aku menatap wajah ibuku... Aku melihatnya... hidup. (Bab 11: Pintu yang Tidak Tertutup Rapat)
Ia tidak hanya tahu, ia menerima. Ia merelakan... Aku, Willy, kini memiliki dua wanita dalam hidupku, di bawah satu atap yang sama. Dan entah bagaimana, kami harus belajar untuk hidup di dalamnya. (Bab 12: Restu dalam Diam)
***
Seberapa jauh kau akan melangkah demi sebuah kebahagiaan? Bagi Shela dan Willy, pasangan sempurna yang dunianya retak oleh vonis kemandulan, jawabannya melampaui batas nalar dan moral. Di puncak keputusasaan, sebuah ide gila terlahir—sebuah permintaan tak terucap yang akan menyeret satu orang lagi ke dalam pusaran takdir mereka: Leni, ibu kandung Shela. Seorang janda yang rela melakukan apa pun demi senyum putrinya, bahkan jika itu berarti mengorbankan tubuh dan jiwanya sendiri.
Perjanjian itu dibuat di atas ranjang yang seharusnya suci, sebuah ritual yang awalnya dingin dan canggung. Namun, di balik pintu yang tertutup, saat tugas berubah menjadi penjelajahan, gairah yang telah lama mati suri di dalam diri Leni bangkit dengan liar. Sentuhan menantunya, Willy, menyalakan kembali api yang ia kira telah padam selamanya. Dosa yang mereka lakukan atas nama cinta untuk Shela, kini memiliki nyawanya sendiri, tumbuh menjadi hasrat terlarang yang membakar mereka berdua.
Ketika tangisan seorang bayi akhirnya menggema di rumah mereka, kebahagiaan itu datang dengan harga yang sangat mahal. Anak yang menjadi pusat dunia mereka juga menjadi simbol hidup dari sebuah pengkhianatan. Di bawah atap yang sama, sebuah cinta segitiga yang rumit terbentuk. Siang hari mereka adalah potret keluarga sempurna, namun malam hari, dinding rumah menjadi saksi bisu dari bisikan penuh dosa dan persetubuhan yang dicuri-curi.
Hingga suatu malam, sebuah pintu yang tak tertutup rapat mengungkap segalanya. Shela menyaksikan pemandangan yang seharusnya menghancurkan jiwanya. Namun, di tengah pengkhianatan paling menyakitkan itu, ia justru melihat sesuatu yang tak terduga di wajah ibunya: sebuah kebahagiaan yang telah lama hilang. Sebuah pilihan mustahil kini ada di tangannya: menghancurkan segalanya dengan kebenaran, atau memberikan restu dalam diam.
Ketika cinta, pengorbanan, dan nafsu melebur menjadi satu, garis antara benar dan salah menjadi kabur. “Gairah Gila Ibu dan Anak” adalah sebuah kisah tentang keluarga tak biasa yang terikat oleh rahasia kelam, di mana pengampunan datang dalam bentuk yang paling aneh, dan kebahagiaan ditemukan di tempat yang paling berdosa.
Contents:
Pijatan Keponakan Nakal—1
Dosa Pertama di Kamar Mandi—19
Tangisan di Atas Sprei Sutra—37
Ide Paling Gila—49
Ritual Canggung Tiga Orang—63
Saat Pintu Tertutup—79
Dua Ranjang, Satu Rahasia—95
Garis Biru Kebahagiaan dan Dosa—109
Tangisan Pertama, Keraguan Pertama—123
Malam di Kamar Nenek—133
Pintu yang Tidak Tertutup Rapat—147
Restu dalam Diam—161