Menara Air Granada bukan sekadar kisah imajinatif. Ia adalah cerminan dari masa ketika ilmu dan keyakinan berjalan beriringan, ketika para insinyur, ilmuwan, dan cendekiawan Muslim menaklukkan keterbatasan zaman dengan akal dan keberanian. Di balik tiap tetes air yang mengalir dalam cerita ini, tersimpan harapan bahwa peradaban besar lahir dari kerja keras, kolaborasi, dan mimpi-mimpi yang dianggap mustahil.
Novel ini lahir dari kekaguman pada warisan keilmuan Andalusia, terutama Granada, sebuah kota yang tak hanya menaklukkan medan, tapi juga waktu. Melalui tokoh fiktif Yusuf bin Ibrahim dan Salma, saya mencoba membawa kembali semangat zaman keemasan itu ke dalam jalinan narasi yang dapat dinikmati siapa pun.
Semoga kisah ini menginspirasi pembaca, bukan hanya untuk menghargai warisan masa lalu, tapi juga untuk kembali percaya bahwa sains dan kemanusiaan dapat berjalan seiring menuju masa depan yang lebih baik.
Selamat membaca dan semoga menemukan setetes hikmah di setiap halaman.
Penulis, tinggal di Singosari, Kabupaten Malang