Novel ini mencoba membawa kembali denyut kehidupan itu. Ia bukan sekadar kisah tentang seorang jenderal atau politikus Romawi, tetapi tentang seorang manusia bernama Gaius Julius Caesar, yang berani melangkah di antara dua dunia: republik yang usang dan kekaisaran yang belum lahir.
Dari lorong-lorong kumuh Subura hingga medan pertempuran Galia, dari senat yang bermuka dua hingga ke pengkhianatan terakhir di Ides of March, Caesar tidak hanya membentuk sejarah—ia menantangnya. Ia memelopori revolusi, bukan dengan pidato, tetapi dengan tindakan, membelah garis antara aturan lama dan kemungkinan baru.
Namun, seperti semua tokoh besar dalam sejarah, Caesar bukan tanpa cela. Keambisiannya menelan republik. Kepercayaannya kepada orang-orang terdekat menjadi jalan menuju kematiannya. Dan warisannya—di tangan mereka yang datang sesudahnya—berubah menjadi kekuasaan absolut yang tak pernah ia nyatakan dengan terang.
Dalam 30 bab, novel ini membentangkan kisah yang tak hanya menghidupkan kembali tokoh-tokoh besar seperti Brutus, Antony, Cleopatra, dan Augustus, tapi juga bertanya: Apa harga dari perubahan besar?
Semoga pembaca dapat merasakan denyut darah zaman itu, dan lebih dari sekadar memahami sejarah, ikut merasakannya.
Dengan segala hormat untuk masa lalu—dan pelajarannya bagi masa kini.
Penulis, tinggal di Singosari, Kabupaten Malang