Begitu penolakan Fariz ketika Uminya menyuruhnya untuk bersekolah di SMP IT Al-Adn. SMP yang selalu mengedepankan pendidikan Islami.
Fariz telah mengimpikan SMP Negeri sebagai sekolah lanjutannya. Namun, sayang. Keinginannya terpaksa ia urungkan. Umi dan Abi juga sudah dibujuknya. Namun, semuanya tak berhasil.
Akhirnya, masuklah Fariz ke sekolah impian Umi, Abinya itu. Berbagai teman dengan berbagai sifat dan perilaku, ia temui. Persahabatan dan pertemanan juga mulai ia jalin.
Namun, ada suatu masalah yang membuatnya gelisah. Fariz tak pernah bisa menyelesaikan target hafalan per harinya. Dan akhirnya, ia direkomendasikan untuk mengikuti kelas tahfizh tambahan seusai sekolah.
Bermula dari hal itulah, kecintaannya pada Al Qur'an mulai tumbuh. Sampai ia ingin menjadi ahlul Qur'an.
Upaya terus ia lakukan untuk mencapai keinginannya itu.
Lalu, bagaimana kelanjutan ceritanya?
Lantas, usaha apa yang ia lakukan untuk benar-benar mencintai Al-Qur'an?
Bagaimana pula dengan target hafalan per tahun di sekolahnya yang membuat Fariz keberatan?