Ramayana: Sebuah Novel
Om den här e-boken
Sementara melintasi angkasa, Rama dan Sinta saling berpelukan.
“Lihat itu,” kata Rama. “Itu adalah tambak yang dibangun para wanara. Dan lihat yang di sana, itu adalah Kiskenda, tempat aku bertemu dan bersahabat dengan bangsa wanara.”
“Mereka berdua memang pantas menjadi contoh dunia,” kata Hanoman kepada Lesmana. “Janganlah kita menodai cinta dengan keegoisan dan kemunafikan. Cinta adalah perasaan hangat. Namun ada kalanya cinta begitu menyakitkan, maka berhati-hatilah jangan pernah coba-coba untuk bermain cinta. Bagaimana menurut pendapatmu sendiri, Pangeran Lesmana?”
Betyg och recensioner
Om författaren
Tegar Noorwira Dwi Pangestu, lahir di Yogyakarta, seorang penulis freelance yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dunia imajinasi memang sudah menarik perhatiannya sejak masih kanak-kanak. Ia mulai menorehkan tulis-tulisannya di potongan-potongan kertas kecil saat duduk di Sekolah Dasar. Kemudian serius menjadi penulis saat duduk di Sekolah Menengah Atas. Karya novel pertamanya berjudul Reinkarnasi Pangeran Angin terbit pada tahun 2011 lewat penerbit mayor. Tahun berikutnya, novel lain yang ditulisnya, Detik Kematian, terbit secara self publishing.
Didukung kecintaannya terhadap dunia kepenulisan dan gemar membaca ia juga menerbitkan karya-karyanya secara independen—Satu Malam Panjang (kumpulan cerpen), Asmara Sepasang Pendekar, dan novelet Ruang Rindu. Karya puisinya Irama kehidupan terpilih 100 karya terbaik event lomba cipta puisi bertemakan musik. Puisi Renjana Musim Berbunga dan Bungaku di kala Senja terpilih 32 puisi dalam antologi puisi Seremoni Pacar di Pintu Darurat. Pada tahun 2014 penulis tergabung dalam JPI (Jaringan Penulis Indonesia).
Di sela-sela menulis novel, cerpen, maupun puisi, penulis juga menjadi ceritakus komik, menelurkan puluhan karya yang terbit secara indie maupun mayor dengan nama pena Garjon—di antaranya Mahabharata, Si Pitung Jewara Betawa Asli, Humor Cicak vs Buaya, Badut Pembunuh, Dongeng Ajaib Paman Bob, dan lain-lain. Bagi penulis, semua itu belumlah apa-apa, ia ingin menerbitkan karya-karya tunggalnya; memuaskan, memanjakan, dan memberikan manfaat untuk para pembaca.
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Anak Hebat Indonesia yang membukakan harapan dan kesempatan bagi penulis untuk menerbitkan novel ini. Semoga novel ini dapat kiranya dijadikan teladan bagi para pembaca dan mengingatkan betapa berharga dan pentingnya kebudayaan nusantara kita.
