“Buku Wonomerto: Kisah, Budaya, dan Tradisi Desa adalah karya literasi luar biasa yang merekam perjalanan sejarah, kearifan lokal, dan tradisi Desa Wonomerto dengan penuh kehangatan dan ketulusan. Penulis dengan cermat menggali nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah mengakar kuat di desa ini, menjadikannya sebagai sumber inspirasi dan pelajaran berharga bagi generasi mendatang. Buku ini adalah bukti nyata bahwa desa adalah tempat lahirnya kebijaksanaan, yang pantas dirayakan dan diwariskan. Selamat kepada penulis atas kontribusi penting ini untuk dunia literasi sekaligus membantu melestarikan kebudayaan lokal!” Suprapto, S.Sos., M.Si. (Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Batang)
“Kisah-kisah yang dilatarbelakangi oleh peradaban sosial budaya akan mengukir sebuah sejarah, sejarah akan membuktikan adanya kemajuan peradaban zaman, Desa Wonomerto merupakan bukti itu semua, melalui karya karya nyata membuktikan kemajuan desa dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman.” Suradi, S.H. (Tenaga Ahli P3MD Kementerian Desa PDTT Kab. Batang)
“Apresiasi yang setinggi-tingginya atas usaha mendokumentasikan memori kolektif mengenai kearifan lokal Desa Wonomerto di tengah era pengaruh kebudayaan luar tanpa batas. Langkah ini efektif dalam membangkitkan rasa cinta dan bangga pada tempat di mana kita lahir dan tumbuh.” Prasetyo Widhi Saputro, S.T. (Ketua Batang Heritage)
Muslih Abdala lahir di Batang pada tanggal 29 Oktober 1975. Ia menempuh pendidikan di MII Wonomerto, MTs Ribatul Muta’alim Pekalongan, MA YIC Bandar, dan melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo. Selain itu, penulis memperdalam ilmu keislaman di Pesantren Al-Bahruni Pekalongan, Pesantren Ribatul Muta’alim Pekalongan, dan Pesantren Al-Asy’ariyah Wonosobo. Dalam perjalanan hidupnya, ia aktif di berbagai organisasi, di antaranya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Wonosobo, AMPERA Wonosobo, FKPPI (Front Perjuangan Pemuda Indonesia), JERAM Batang, IPNU Bandar, Ansor NU Bandar, dan Katib NU Ranting Wonomerto. Ia juga terlibat dalam PAKUBARA Batang, Katib PRNU Wonomerto, dan Ketua LAKPESDAM (Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia) MWC NU Bandar. Dengan pengalamannya di berbagai bidang baik pendidikan maupun organisasi, penulis terus berupaya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat melalui tulisan-tulisannya. Harapannya, karya-karya yang dihasilkan dapat menjadi sumber inspirasi dan pelestarian tradisi lokal yang sarat makna.
Badrudin lahir pada tanggal 1 Desember 1974 di Desa Wonomerto, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Sebagai anak desa, ia mengawali pendidikannya di SDN Wonomerto 01. Selepas lulus SD, ia memutuskan untuk memperdalam ilmu agama dengan menimba ilmu di berbagai pesantren. Pertama, ia belajar di Pondok Pesantren Al-Ikhlas di Desa Bawang, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Falah di Desa Harjowinangun Barat, Kecamatan Tersono, Batang, sebelum akhirnya pindah ke Pesantren Darussholah di Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Setelah kembali ke desanya, ia mengikuti program Kejar Paket B di PKBM Obor Wonodadi, dan menyelesaikan Paket C di Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Kini, ia sedang menempuh pendidikan S1 di STAIKAP Ki Ageng Pekalongan, terus berupaya meningkatkan kapasitas diri sebagai wujud komitmennya terhadap pendidikan. Dalam kesehariannya, ia tidak hanya aktif sebagai petani, tetapi juga sebagai Sekretaris Desa Wonomerto, menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat dan budaya lokal. Selain itu, ia juga mengajar di Madrasah Diniyah Assyafiiyah Wonomerto setiap sore dan mengajarkan ilmu kepada anak-anak sekitar rumahnya setelah Maghrib. Ia memiliki kegemaran dalam mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya, dengan motivasi hidup “belajar dan mengajarkan”. Sebagai seorang penulis, ia memiliki kepedulian yang mendalam terhadap pelestarian budaya dan warisan sejarah desa. Melalui tulisan ini, ia berharap dapat menyebarkan kesadaran tentang pentingnya melestarikan warisan budaya, khususnya Batu Lumpang, yang merupakan bagian dari identitas Desa Wonomerto. Ia yakin bahwa dengan mengenal dan memahami warisan budaya tersebut, masyarakat dapat lebih menghargai nilai-nilai sejarah yang ada di sekitar mereka. Ia berharap tulisan ini dapat menjadi langkah kecil dalam menggugah kesadaran generasi mendatang tentang pentingnya menjaga dan merawat budaya serta tradisi desa agar tetap lestari dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Zakiyatul Fakhiroh yang lahir di Batang pada 7 Desember 2001, memiliki perjalanan hidup yang penuh dengan pembelajaran dan inspirasi dari lingkungan sekitarnya. Lahir dan dibesarkan di Desa Wonomerto, ia merasakan langsung bagaimana kehidupan sederhana yang penuh dengan kebudayaan dan tradisi mengajarkan banyak makna. Meskipun berasal dari desa yang terbilang kecil, ia percaya bahwa setiap tradisi dan nilai yang ada di dalamnya memiliki kekuatan untuk membentuk karakter dan pemahaman yang lebih luas tentang kehidupan. Sejak kecil, ia telah menempuh pendidikan di MII Wonomerto, yang membentuk dasar pendidikan agamanya, dilanjutkan di MTs Daarul Ishlah dan MA Subhanah Subah. Kemudian melanjutkan ke STAIKAP Pekalongan lalu transfer ke Universitas Terbuka agar program studinya linier dengan pekerjaan. Pendidikan yang dijalaninya tidak hanya menambah ilmu pengetahuan, tetapi juga membuka pandangan luas tentang bagaimana pendidikan dan kebudayaan saling berhubungan dan saling memengaruhi. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia memilih untuk kembali ke desa dan mengabdikan diri sebagai guru di RA Walisongo Wonomerto. Di sekolah ini, ia tidak hanya mengajar pengetahuan akademis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai budaya dan agama kepada anak-anak, yang menurutnya sangat penting untuk memperkuat akar budaya mereka di tengah arus modernisasi. Cita-citanya lebih dari sekadar menjadi pengajar. Ia bertekad untuk menjadi agen perubahan yang dapat melestarikan kebudayaan yang ada di desa, serta memperkenalkan nilai-nilai luhur tersebut kepada generasi yang akan datang. Dalam setiap penulisan artikel dan kegiatan yang ia lakukan, ia berharap dapat memberi pemahaman bahwa kebudayaan tidak hanya harus dipahami, tetapi juga harus dijaga dan dilestarikan, agar warisan tradisi tetap hidup meskipun zaman terus berkembang. Ia percaya bahwa kebudayaan adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan, dan melalui karya-karya kecil yang ia lakukan, ia berharap dapat membawa dampak yang besar untuk menjaga kebudayaan Indonesia, khususnya yang ada di desa-desa, agar tetap relevan dan terus dihargai oleh generasi muda. Sebagai seorang guru, ia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa setiap anak tidak hanya menguasai pelajaran di sekolah, tetapi juga memahami dan mencintai warisan budaya mereka.
Rina Agustina lahir di Batang pada 17 Agustus 2002, adalah seorang mahasiswa di STAIKAP Pekalongan yang juga aktif bekerja sebagai karyawan dan terlibat dalam organisasi kemasyarakatan, khususnya IPPNU. Meskipun terbilang muda, ia sudah menunjukkan minat yang besar dalam dunia penulisan, dan ini tercermin melalui karya pertamanya yang berjudul Habib Muhsin Bin Abdullah Bin Syihab, Kisah dan Perjuangan. Terinspirasi oleh kehidupan desa yang sederhana namun penuh makna, ia memberanikan diri untuk menulis dan berbagi cerita tentang perjalanan hidup tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan agama dan budaya. Meskipun buku ini adalah karya pertama, penulis berharap untuk terus berkarya dan menginspirasi pembaca dengan tulisan-tulisan lainnya di masa depan. Baginya, setiap pengalaman kecil, tradisi, dan adat yang ada di sekitar adalah pelajaran berharga yang perlu dijaga dan dilestarikan. Melalui tulisannya, ia ingin menyampaikan betapa pentingnya untuk menghargai dan melestarikan kisah-kisah yang membentuk jati diri dan kekayaan budaya kita. Dengan harapan besar bahwa tulisannya ini dapat memberi wawasan dan inspirasi, ia berharap bisa terus tumbuh dan berkembang sebagai penulis yang dapat membawa manfaat bagi pembaca. Untuk berhubungan lebih lanjut atau memberikan masukan, ia dapat dihubungi melalui email [email protected].
Uswatun Khasanah adalah seorang mahasiswa di STAIKAP, lahir di Batang pada tanggal 20 Juli 1992, kini tinggal di Desa Wonomerto, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Dikenal dengan pribadi yang riang dan ramah, ia memiliki rasa ingin tahu yang besar, yang mendorongnya untuk selalu mencari pengetahuan baru. Keingintahuan ini membawa dia untuk menulis sebuah karya ilmiah yang tidak hanya untuk memenuhi tugas kuliah, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian kebudayaan yang ada di desanya. Karya ilmiah yang ditulisnya berfokus pada kebudayaan lokal, khususnya tradisi tedak siten yang ada di Desa Wonomerto. Tradisi ini, yang merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia, menggambarkan bagaimana masyarakat setempat merayakan fase penting dalam kehidupan anak, yaitu saat pertama kali anak bisa berjalan. Ia melihat tradisi ini tidak hanya sebagai ritual adat, tetapi juga sebagai simbol dari ikatan kuat antara keluarga dan masyarakat dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia percaya bahwa budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mengandung nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan, sehingga generasi mendatang dapat memahami dan mengapresiasi warisan tersebut. Dalam karya ini, ia mengungkapkan bahwa kekayaan budaya Indonesia bukan hanya sekadar pengetahuan, tetapi juga memiliki nilai estetik dan keunikan yang mampu menarik minat pembaca untuk lebih mendalami dan menikmati setiap detail yang ada. Sebagai penulis, ia berusaha untuk tidak hanya menuliskan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbagi pemikiran dan pengalaman hidup. Ia berharap tulisannya dapat memberikan manfaat dan membuka wawasan bagi pembaca, serta mendorong mereka untuk terus mengejar impian dan berani menghadapi tantangan hidup. Melalui karya ini, ia ingin menyampaikan bahwa menjaga dan melestarikan kebudayaan adalah tanggung jawab bersama yang penting bagi kelangsungan generasi mendatang. Ia adalah sosok yang menginspirasi, dengan komitmennya untuk berbagi pengetahuan dan menjadikan kebudayaan sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup. Dengan semangat dan dedikasinya, ia berharap karyanya tidak hanya berhenti sebagai tugas kuliah, tetapi dapat memberikan dampak positif yang lebih luas, memberikan pemahaman tentang pentingnya melestarikan budaya serta menjaga nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Tradisi tedak siten di Desa Wonomerto menjadi contoh nyata dari upaya pelestarian budaya yang penuh makna dan sarat dengan nilai sosial yang mengikat masyarakat setempat.
Sakdiyah lahir di Batang pada 12 Maret 1989. Sejak masa kecil, ia telah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Salafiyah Ibrahim Hamdani, Bondowoso, Jawa Timur. Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren, ia melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Pekalongan dan kini sedang menempuh semester 3. Selain itu, ia juga aktif sebagai guru ngaji dan pengajar di sebuah madrasah, yang semakin memperkaya pengalaman dan ilmunya. Dalam beberapa tahun terakhir, ia mulai mendalami dunia penulisan. Menulis bukan hanya sebagai hobi, tetapi juga sebagai jalan untuk menyebarkan ilmu, budaya, dan nilai-nilai kehidupan kepada masyarakat luas. Salah satu topik yang sedang ia teliti dan tulis adalah tentang tradisi Syawalan di Desa Wonomerto. Melalui tulisan ini, ia berharap dapat memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan tradisional yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat di desa. Ia memiliki keyakinan kuat pada pesan yang disampaikan oleh Ali bin Abi Tholib, “Semua penulis akan mati, hanya karyanya yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” Pesan ini menjadi semangat utama baginya untuk terus menulis. Ia percaya bahwa dengan menulis, ia tidak hanya meninggalkan warisan ilmu dan budaya, tetapi juga dapat memberikan manfaat positif bagi banyak orang, khususnya dalam memperkaya wawasan dan pengalaman pembaca mengenai tradisi dan kebudayaan yang ada di desa. Sebagai seorang penulis, ia berharap karyanya dapat memberikan dampak yang positif bagi pembaca, baik dalam pemahaman budaya, tradisi, maupun kehidupan spiritual. Ia berkomitmen untuk terus berkarya dan menulis, dengan harapan agar setiap tulisannya mampu memberi inspirasi dan menjadi amal jariyah yang bermanfaat bagi dirinya di dunia dan akhirat.
Agustina Indah S. atau yang akrab disapa Indah, adalah seorang penulis pemula yang penuh semangat dalam belajar dan berbagi kisah-kisah tentang kehidupan desa. Sebagai anak pertama dari dua bersaudara, Indah lahir di Batang 21 tahun lalu. Pendidikan formalnya dimulai di SDN Wonodadi 02, kemudian dilanjutkan di MTs dan SMA sekaligus nyantri di Perguruan Islam Pondok Tremas sejak tahun 2014 hingga 2021. Pada tahun 2023, ia melanjutkan pendidikannya di STIKAP, di mana ia terus memperdalam pengetahuannya. Meskipun ini adalah karya pertamanya, ia memiliki harapan besar agar tulisannya mampu menginspirasi serta membuka wawasan pembaca tentang makna kehidupan desa yang mungkin belum banyak disadari. Baginya, setiap interaksi dengan warga desa dan setiap tradisi yang terus terjaga adalah pengalaman berharga yang layak diabadikan. Ia melihat desa bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebagai ruang hidup yang penuh pelajaran, kehangatan, dan kebijaksanaan. Ia percaya bahwa cerita-cerita dari desa memiliki makna mendalam yang tak kalah pentingnya dengan cerita-cerita besar dari kota. Dengan buku ini, ia ingin mengajak para pembaca untuk melihat desa dari sudut pandang yang lebih dekat—merasakan kearifan lokal, semangat gotong royong, dan kekayaan budaya yang terpancar di setiap sudutnya. Harapannya, melalui karyanya ini, cerita tentang desa dan warganya dapat dikenal dan dihargai oleh khalayak yang lebih luas. Sebagai seorang penulis pemula, ia berkomitmen untuk terus belajar dan menyempurnakan kemampuannya. Ia percaya bahwa dengan berani menuliskan kisah-kisah sederhana namun bermakna, ia dapat turut melestarikan dan memperkenalkan nilai-nilai budaya yang luhur kepada generasi mendatang.
Muslich lahir di Batang, Jawa Tengah, pada tanggal 22 Februari 1992, adalah seorang pria sederhana asal Desa Wonomerto, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Sebagai seorang anak desa, ia memiliki semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu meskipun terbatas oleh kondisi dan tantangan hidup yang ada. Perjalanan pendidikannya dimulai di SDN Wonomerto 02, namun setelah itu, ia merantau ke Pondok Pesantren Ibrahim Hamdani di Bondowoso, Jawa Timur, yang menjadi titik awal perubahan besar dalam hidupnya. Di pesantren tersebut, ia mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di SMP Islam Ibrahim Hamdani setelah sempat terhenti beberapa tahun dari bangku sekolah dasar. Tak berhenti sampai di situ, ia melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah (MA) Ibrahim Hamdani. Namun, cobaan datang ketika ia harus kehilangan ayahnya di tahun ketiga di MA, yang memaksa dirinya untuk berhenti sekolah dan kembali mengasah ilmu di pesantren. Namun, meskipun dunia pendidikan sempat terhambat, ia tidak menyerah. Pada tahun 2019, dengan izin Allah Swt., ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan formal melalui Program Kejar Paket C di PKBM Firdaus Bandar, dan setelah berhasil menyelesaikan paket C, ia kembali berjuang untuk melanjutkan pendidikan tinggi di STAIKAP Ki Ageng Pekalongan, bersama istrinya. Selain fokus pada pendidikannya, ia juga aktif dalam kegiatan keseharian yang mencakup menghidupi keluarganya, berorganisasi, serta mengajar di Madrasah Diniyyah pada sore hari. Setelah Maghrib, ia juga membuka ruang belajar bagi anak-anak sekitar di rumahnya, berbagi ilmu yang sudah ia pelajari dan memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar. Kegemarannya mengajar dan mengamalkan ilmu menjadi bagian penting dari hidupnya, yang ia yakini bisa memberikan manfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Ia selalu percaya bahwa hidup ini adalah proses belajar yang tak pernah berakhir. Baginya, setiap tantangan adalah peluang untuk tumbuh dan mengembangkan diri. Dengan semangat belajar yang terus menggelora, ia berkomitmen untuk melanjutkan perjuangannya, tidak hanya untuk dirinya dan keluarganya, tetapi juga untuk masyarakat sekitar, dengan harapan agar dapat memberikan dampak positif melalui ilmu yang ia bagikan. Kegigihannya dalam mengatasi berbagai rintangan menjadi inspirasi bagi banyak orang, bahwa dengan niat yang kuat dan usaha yang tak kenal lelah, tak ada yang tidak mungkin untuk dicapai.
Slamet Nurchamid lahir pada tanggal 21 Juli 1993 di Desa Wonokerto, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Ia mengawali pendidikannya di RA Masyitoh, lalu melanjutkan ke MIN Bandar, dan menamatkan pendidikan menengah di MTs At-Taqwa Bandar. Pendidikan lanjutnya ditempuh di SMA Ky. Ageng Giri, Mranggen, Demak, sembari menimba ilmu di Pesantren Girikusumo. Pada tahun 2011, ia melanjutkan studi di STAIN Pekalongan dan memperdalam agama di Pondok Pesantren Al-Hadi min Aswaja, Panjang Wetan. Setelah itu, ia menyelesaikan pendidikan magister di IAIN Pekalongan dalam bidang Pendidikan Agama Islam (PAI). Selama masa kuliah, ia aktif berorganisasi. Ia pernah menjabat sebagai Ketua HMPS PAI, Ketua HMJ Tarbiyah, dan pengurus BEM STAIN, serta memegang peran sebagai Koordinator Wilayah Forkombi Pekalongan, dan Sekretaris PC PMII Pekalongan. Pengalaman organisasinya memperkuat idealisme mahasiswa dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial. Di luar akademik, ia terlibat dalam pemberdayaan masyarakat. Pada tahun 2015, ia memulai program LINIDA bekerja sama dengan LSM LASKAR dan Pemkab Batang. Tahun 2016, ia mendampingi BUMDESA, dan setahun kemudian berkolaborasi dengan PKBI Jawa Tengah dalam program BIMA SEMBADA, yang berfokus pada kesehatan masyarakat. Saat ini, ia adalah tenaga pendamping profesional di Kementerian Desa, turut membantu pembangunan dan pemberdayaan desa. Semangatnya untuk mengembangkan desanya mendorongnya mendirikan komunitas Omah Sinau pada tahun 2016, yang menyelenggarakan kegiatan bimbingan belajar, perpustakaan, serta program literasi dan pengembangan bakat. Pada 2017, ia bersama komunitas lain di Batang turut mendirikan PAKUBARA (Perkumpulan Komunitas Batang Raya). Sebagai penulis, ia telah menerbitkan beberapa buku, termasuk Wonokerto Heritage: Genealogi dan Historisitas Desa Wonokerto, Panorama Desa, Inovasi Pendidikan dan Praktik Pembelajaran Kreatif, Pesantren Kampoeng Rifa'iyyah Pengampon, dan Pendidikan Humanis: Penilaian Pendidikan di Sekolah. Ia juga menjadi editor untuk buku-buku seperti Gugusan Aksara Manggala, Sekolah di Masa Pandemi, dan Perspektif Pendidikan: Gagasan Strategi, Evaluasi, dan Manajemen Pendidikan. Saat ini, selain aktif dalam komunitas literasi di Omah Sinau, ia juga mengajar sebagai dosen di UIN K.H. Abdurrahman Wahid dan Sekolah Tinggi Agama Islam Ki Ageng Pekalongan. Dengan beragam peran yang diembannya, ia terus berupaya memajukan pendidikan dan memberdayakan masyarakat desa.