Menyingkap MIsteri Terkuburnya Peradaban Tambora

· UGM PRESS
5.0
1 review
E-book
142
Mga Page
Hindi na-verify ang mga rating at review  Matuto Pa

Tungkol sa ebook na ito

Dalam buku ini dikisahkan bahwa letusan besar Gunung Tambora pada tahun 1815 memengaruhi iklim di seluruh dunia. Dari sini, buku ini memberikan pelajaran kepada pembaca bahwa bumi kita ini sungguh “Satu Bumi” yang bagian-bagiannya saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan.

Dari segi ekologi, tampak sifat adaptif masyarakat Tambora cukup memikat. Bagi para peneliti selanjutnya, tentu saja dapat mengajukan pertanyaan apakah sifat adaptif masyarakat Tambora terhadap lingkungannya juga ditemukan di wilayah lain yang berdekatan. Tetapi, seperti juga Mbah Maridjan yang sangat mesra hubungannya dengan Gunung Merapi akhirnya meninggal dunia karena dimangsa lahar panas. Demikian juga yang akhirnya terjadi dengan manusia di sekeliling Gunung Tambora. Apakah meletusnya Gunung Tambora tahun 1815 yang hampir memotong separuh tinggi gunung menunjukkan bahwa gunung itu berfungsi melakukan seleksi alam?

Uraian buku ini terasa sangat ilmiah, penuh dengan akurasi data yang meyakinkan, sehingga mampu menggetarkan pembacanya. Mengapa demikian? Karena dalam buku ini dilukiskan manusia-manusia yang tidak berdaya berhadapan dengan murkanya alam.

Buku ini tidak hanya menarik bagi kalangan ilmuwan dan wisatawan yang menyukai petualangan, melainkan juga masyarakat luas yang peduli dengan kekayaan budaya dan alam Indonesia.

[UGM Press, UGM, Gadjah Mada University Press]

Mga rating at review

5.0
1 review

Tungkol sa may-akda

 I Made Geria lahir tahun 1962 di Denpasar Bali. Dia menyelesaikan kuliah S1 pada jurusan arkeologi Universitas Udayana tahun 1982.  Pendidikan master dalam Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Udayana diselesaikan tahun 2004. Saat ini I Made Geria sedang menempuh  program doktor pada Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL), Institut Pertanian Bogor.  I Made Geria mengawali karier sebagai peneliti di Balai Arkeologi Denpasar sejak 1986 dan diangkat menjadi Kepala Balai Arkeologi Denpasar tahun 2012–2014. Tahun 2015 I Made Geria dipercaya menjadi Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional sampai sekarang.  Sebagai peneliti, I Made Geria banyak meneliti lingkungan dan peradaban masa lalu. Salah satu hal yang menjadi ketertarikannya saat ini adalah ide mendirikan Rumah Peradaban yang bertujuan untuk lebih mendekatkan arkeologi dan masyarakat. I Made Geria juga aktif mengikuti seminar arkeologi dan kebudayaan di tingkat nasional. I Made Geria pernah mengikuti studi visit to division of resources and environment, Muresk Institute of Agriculture, Curtin University of Technology, Perth, Western Australia, Tahun 2003 yang membuatnya makin tertarik meneliti lingkungan situssitus arkeologi. Latar belakangnya yang pernah menjadi reporter Bali Post menjadikan dia aktif untuk mensosialisasikan hasil-hasil penelitian arkeologi ke media massa sehingga masyarakat lebih mengenal arkeologi. 

I-rate ang e-book na ito

Ipalaam sa amin ang iyong opinyon.

Impormasyon sa pagbabasa

Mga smartphone at tablet
I-install ang Google Play Books app para sa Android at iPad/iPhone. Awtomatiko itong nagsi-sync sa account mo at nagbibigay-daan sa iyong magbasa online o offline nasaan ka man.
Mga laptop at computer
Maaari kang makinig sa mga audiobook na binili sa Google Play gamit ang web browser ng iyong computer.
Mga eReader at iba pang mga device
Para magbasa tungkol sa mga e-ink device gaya ng mga Kobo eReader, kakailanganin mong mag-download ng file at ilipat ito sa iyong device. Sundin ang mga detalyadong tagubilin sa Help Center para mailipat ang mga file sa mga sinusuportahang eReader.