Pertarungan Para Naga
About this ebook
Perantas pun berada dalam keadaan compang-camping. Dua di antara mereka terluka parah dalam pertempuran mempertahankan Cappadocia, satu telah gugur, satu telah berkhianat. Cappadocia sendiri telah mengalami tusukan kaki-tangan Preteanu dari dalam, kehilangan pimpinan puncak mereka dan banyak dari pengawal mereka yang paling tangguh. Sanggupkah pilar keropos ini menyangga kejayaan Kota Sihir Shangri-La dan merebutnya kembali dari tangan Preteanu?
Sementara Francine masih tersesat dalam dunia yang sama sekali asing baginya. Dunia yang penuh kejutan, penuh teka-teki dan bahaya. Dapatkah dia kembali ke dunianya sendiri, memenuhi takdirnya sebagai penyelamat Shangri-La?
Dan tentu saja para Naga melihat kesempatan emas ini, ketika Shangri-La dalam keadaan kacau. Mereka yang telah sering melihat kaumnya dijatuhkan oleh Meriam San Sebastian, kini mengepakkan sayap mereka, meregangkan cakar mereka, untuk sekali lagi merebut tempat sebagai Mahluk Sihir nomor wahid di kolong langit.
Ratings and reviews
- Flag inappropriate
- Flag inappropriate
About the author
Penulis adalah mantan narapidana politik Orde Baru, yang dijatuhi vonis 4 tahun penjara dengan tuduhan makar terhadap pemerintahan Suharto. Selepas penjara, aktif dalam isu HAM dan perburuhan, bekerja sebagai periset demi memproduksi pengetahuan bagi rakyat pekerja.
Ide tentang sebuah kota sihir yang tersembunyi di pegunungan Himalaya datang ketika penulis berkunjung dan melihat dengan mata kepala sendiri kemegahan puncak-puncak Himalaya. Trekking panjang menyusuri pebukitan Himalaya, puncak-puncak yang bersalju dan nampak angker memberi kesan yang mustahil dilupakan.
Selain mengelola situs indosains.net di waktu luangnya, dan shangrilathehiddencity.com tentunya, Penulis juga disibukkan dengan upaya menjaga cicilan rumah dibayar tepat waktu dan keempat kucingnya tidak kelaparan. Bonteng, Puput, Jigrig dan Dori selalu merepotkan dan membuat rumah acak-acakan tapi mereka juga selalu hadir membawa tawa dan senyum dengan tingkah laku mereka. Dan sekalipun tidak lagi hadir, Mumun, Kipi dan Lala juga akan senantiasa dikenang.
Penulis hadir di media sosial lewat akun twitter @kenndaru dan akun instagram ken.ndaru.
