Melalui buku ini, Kang Hasan berusaha membongkar “kemiskinan berpikir” kita. Penulis mengajak pembaca untuk meninjau kembali secara kritis segenap gagasan dan pola-pikir tentang belajar-mengajar dalam proses pendidikan, sekolah, kesuksesan, dan kekayaan. Sikap kritis penulis dalam buku ini membetot dan membangunkan kesadaran kita bahwa kebanyakan dari apa yang kita pikirkan, kita yakini, dan kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari selama ini ternyata sering tidak tepat, salah-kaprah, dan menunjukkan “kemiskinan berpikir” yang harus kita lawan dan kita basmi. Selamat membaca.
Hasanudin Abdurakhman, lahir di Teluk Nibung, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, 20 Maret 1968. Meraih gelar sarjana [S1] (1987-1994) pada Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; M. Eng.-nya diraih dari Department of Applied Physics, Graduate School of Engineering, Tohoku University, Sendai, Japan (1997-1999); dan Ph.D.-nya ditempuh (1999-2002) di Department of Applied Physics, Graduate School of Engineering, Tohoku University, Sendai, Jepang.
Kang Hasan, demikian ia disapa, antara lain pernah bekerja di PT Elnusa (Oil company), Junior Field Engineer (1994); Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura Pontianak (sebagai dosen, 1995-1996); Department of Mechanical Engineering and Materials Science, Kumamoto University, Kumamoto, Japan, Visiting Researcher (2002-2004); Department of Physics, Graduate School of Science, Tohoku University, Sendai, Japan, Research Associate (2005); Center for Interdisciplinary Research (CIR), Tohoku University, Sendai, Japan, Visiting Associate Professor (2006); PT Osimo Indonesia, Administration Manager (2007–2008); PT Osimo Indonesia, Director (2008–2013); PT Toray Industries Indonesia, General Manager for Business Development (2013–sekarang). Dengan tugas tambahan sebagai Manager pada Indonesia Toray Science Foundation (2014–sekarang).
Selain yang ada di tangan Anda ini, bukunya yang telah terbit antara lain, Melawan Miskin Pikiran (2016) dan Emakku bukan Kartini (2016), Blusukan di Makkah dan Madinah (2018). Kini ia sedang menulis Kamus Jepang-Indonesia bersama penyusun lainnya.[