Pastinya tidak bukan?
Kita kembali ke awal, sebelum kita menulis salah satu huruf, maka kita harus tahu persis, seperti apakah huruf itu, bagaimanakah bentuknya, berapa titikkah panjangnya, bahkan berapa titikkah kemiringannya, itu semua harus kita ketahui. Untuk mengetahui semuanya itu, maka kita harus memperhatikan dengan seksama masing-masing sifat pada setiap huruf.
Setelah kita tahu semuanya itu, maka ingatlah dan bayangkanlah di dalam memori pikiran kita, sampai kita bisa membayangkan dengan sempurna bentuk setiap huruf di dalam pikiran kita.
Berawal dari mata, kemudian sampai ke pikiran, maka akan dilanjutkan ke hati. Dengan hati yang bersih, tenang dan tentram, maka goresan kita akan menghasilkan goresan-goresan yang indah dan mengagumkan, apalagi
seni kaligrafi amat erat sekali hubungannya dengan pesan-pesan spiritual dan agama, sehingga membutuhkan keadaan jiwa yang bersih dan tenang. Salah satu caranya mungkin dengan berwudhu terlebih dahulu sebelum menulis, serta awalilah dengan membaca basmalah.
Di awali dari mata memperhatikan, pikiran mengingat bentuk huruf, kemudian hati mengontrol keadaan jiwa, maka tanganlah yang akan menyalurkan apa-apa yang sudah didapat dari mata, pikiran, dan hati. Dengan kepiawaian tangan kita, didukung dengan kuwalitas pena, tinta, dan kertas, maka kita akan menghasilkan tulisan yang indah sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, sehingga menjadi kepuasan tersendiri bagi kita
dan orang-orang yang menikmatinya.
Akan tetapi, menulis tidaklah sekedar menulis, kadang kita merasa kesulitan, merasa kaku dan tidak sabar dalam menulis kaligrafi, apalagi untuk menyamakannya dengan kaidah-kaidah yang ada. Dan Alhamdulillah dengan kehadiran buku yang sekarang ada di tangan anda, buku yang mengasyikkan, buku dengan metode khusus irancang untuk para pemula, walaupun pastinya buku ini masih banyak kekurangan-kekurangan di sana sini, insya Allah akan membantu mempermudah kita dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.
Adapun latihan-latihan pada buku ini dibagi menjadi tiga tahap. Pertama: latihan dengan dibantu outline (garis luar), dengan adanya garis luar pada setiap huruf maka kita dapat menulis langsung di atasnya sesuai bentuk outline (garis luar), pastinya dengan tidak melebihi garis yang ada. Sebenarnya fungsi dari outline itu sendiri adalah sebagai rambu-rambu sekaligus penuntun kita didalam menulis. sehingga kita akan terdidik untuk menulis di atasnya sesuai dengan garis yang sudah disediakan, dengan seperti inilah maka tangan kita akan terbiasa dan menjadi luwes didalam menulis kaligrafi. Kedua: latihan dibantu dengan garis kerangka huruf. Setelah kita menguasai betul-betul latihan pada tahap petama, yang mana sudah disediakan bentuk garis luar pada setiap huruf sebagai penuntunnya, maka dilatihan tahap ke dua ini, Kita akan sedikit tertantang, karena di sini hanya disediakan alat bantu satu garis (garis kerangka) saja, maka kita harus memanfaatkan betul-betul garis kerangka yang ada sebagai penuntun kita dalam menulis. Dilatihan kedua inilah kita akan semakin mandiri dan terbiasa di dalam menulis.
Ketiga: latihan dengan free hand (tangan lepas). Pada latihan tahap pertama kita masih dituntun dengan garis luar dan pada latihan kedua ini kita sedikit-sedikit dituntut untuk menulis secara mandiri dengan kerangka huruf sebagai penuntunnya. Akan tetapi, pada latihan ketiga ini tidak disediakan alat bantu apapun seperti garis luar atau kerangka.
Sehingga pada latihan ketiga ini kemandirian dan kemampuan kita di dalam menulis akan diuji.
Tidak hanya latihan-latihan saja, buku ini juga memberikan penjelasan mengenai tata cara penulisan setiap huruf secara rinci dan juga cara penyambungan huruf-huruf yang satu dengan yang lain. Dilengkapi juga dengan beberapa tips dan trik seperti melukis dibalik kaca, membuat lukisan kaligrafi dengan tekstur bebatuan, cara cepat menguasai
kaligrafi dan pada bagian akhir dibumbuhi dengan karya-karya master.
Hafidz Nur Huda lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada 24 Januari 1988, di desa terpencil tepatnya di Desa Grobog Wetan Rt/Rw 04/07 Kec. Pangkah Kab. Tegal. Merupakan anak kedua dari lima bersaudara, telah menamatkan pendidikan atas dan menengahnya di Pondok Modern Darussalam Gontor pada tahun 2007. Di Gontorlah Ia banyak bergelut di dunia seni kaligrafi, apalagi setelah diangkat menjadi anggota inti di sanggar Asosiasi Kaligrafer Darussalam (AKLAM) Gontor, di sanggar inilah Ia banyak mendapatkan pendidikan tentang seni kaligrafi, dari mulai menulis kaidah murni sampai melukis di atas berbagai media, seperti di atas triplek, keramik, di atas kanvas, dan lain sebagainya. Kemudian setelah menginjakkan kakinya di bangku kelas empat (kelas satu aliah) ia diangkat menjadi pengurus sanggar kaligrafi AKLAM (Asosiasi Kaligrafer Darussalam). Bersama dengan lima rekannya dengan bimbingan dari Ustadz-ustadz pembimbing, ia mengurusi jalannya kursus, dan juga bertanggung jawab dalam menjalankan kurikulum yang ada di Sanggar.
Tidak di sanggar saja Ia banyak menimba ilmu tentang seni kaligrafi Islam, Ia bersama Tim AKLAMER yang lainnya juga tidak jarang menimba ilmu dengan mengadakan “Safari Seni” kebeberapa tempat. Di Yogyakarta misalnya, ia pernah ke kediaman Bapak Amri Yahya (alm), Bapak Saiful Adnan, Bapak Hendra Buana beserta Istrinya Ibu Asnida Hasan, Bapak Agus Kamal, dan ke kediaman Bapak Yetmon Amir, yang mana beliau-beliau semuanya adalah tokoh seniman kaligrafi Indonesia yang berkaliber Nasional bahkan Internasional. Disamping itu juga ke sanggar kaligrafi Al-Mizan UIN Sunan Kalijaga. Sedangkan di Bandung Ia pernah berkunjung ke Bapak Imam Choirul Basri, dosen ITB. Masih bersama Tim AKLAMER, Ia juga bersafari seni ke LEMKA (Lembaga Kaligrafi Al-Qur ’ an) di Sukabumi dan LEMKA di Ciputat, kemudian bertemu juga dengan Bapak Drs. Didin Sirojuddin AR. di kediamannya, beliau adalah Dosen Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, serta ketua Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an. Masih di Jakarta, Ia juga sedikit banyak belajar dari Bapak Achmad Nuril Mahyudin, penemu aliran “ The Positif Abstrack of Nurilist”.
Pada tahun 2008, Ia menjadi staf pengajar kaligrafi di Pesantren Jeumala Amal, Aceh, dan juga mendirikan sangar kaligrafi SENJA (Sanggar Seni Jeumala Amal) di pesantren yang sama. Dan sekarang menjadi staf pengajar kaligrafi di Pesantren Mustika Al- Musyarokat, Lembang-Bandung.