Maka jika percakapan itu berlanjut—sesuatu yang tak bisa dielakkan, juga sesuatu yang dibutuhkan—dan “keheningan baru” tidak atau belum tercapai, itu berarti kita harus mencoba menyusur pelbagai perenungan yang pernah ada tentang Tuhan dan iman. Meskipun saya tak termasuk percaya kepada apa yang disebut Heidegger “Tuhan-para-fi losof ”, saya kira fi lsafat sangat perlu dikerahkan dalam perkara ini.
On faith and God in Indonesia; collected essays.
This title is part of the Tempo Publishing collection