Seyyed Hossein Nasr merupakan filsuf muslim pertama yang menulis dalam bahasa Barat untuk โmenyadarkanโ bangsa Barat terkait pandangan mereka bahwa filsafat Islamโyang mereka turunkan derajatnya menjadi โfilsafat Arabโโhanyalah jembatan antara era Yunani ke Abad Pertengahan Latin. Berkat karya-karyanya beserta penjelasan sejumlah kecil sarjana lainnya, sarjana-sarjana Barat mulai menyadari bahwa filsafat Islam merupakan dunia independen yang layak dipertimbangkan menurut porsinya sendiri daripada sekadar menjadi โsambil laluโ menuju fondasi dan pengembangan Barat modern yang โseriusโ. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memperkenalkan biografi pemikiran para filsuf muslim kepada khalayak Barat yang untuk memahaminya saja butuh โkeseriusanโ yang lebih โtidak main-mainโ dibanding untuk memahami pemikiran para filsuf Barat, salah satu di antaranya, lewat buku ini, adalah Mulla Sadra, tokoh yang nyaris tidak dikenal di Barat hingga awal abad ke-20.Menurut Seyyed Hossein Nasr, seseorang tidak akan pernah bisa menguasai secara mendalam pemikiran Mulla Sadra tanpa terlebih dahulu memahami pemikiran para filsuf pra-Socrates, Pythagoras, Plato, Aristoteles, dan Plotinus ke filsuf muslim, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Suhrawardi, Ibnu โArabi, Mir Damad, Sadruddin Dashtaki, serta para sufi seperti Jalaludin Rumi atau Sanaโi, teolog seperti Abul Hasan al-Asyโari dan Nasiruddin at-Tusi, serta otoritas agama di bidang al-Qurโan dan hadits, baik di kalangan Syiโah maupun Sunni. Melalui caranya yang elegan, melalui buku ini, ia memaparkan secara singkat, padat, dan bernas semua mazhab pemikiran ituโsetelah terlebih dahulu memperkenalkan biografi Mulla Sadraโkemudian memberikan pengantar secukupnya terhadap filsafat transendensi Mulla Sadra yang dikenal dengan al-hikmatul mutaโalliyah (teosofi transenden).