Dari simbol-simbol kuno seperti Bulus di Mihrab Masjid Agung Demak dan Lawang Bledheg, hingga praktik kontemporer seperti smart farming, energi terbarukan, dan komunitas ekologis, buku ini menyajikan panduan hidup yang mengalir, inspiratif, dan praktis. Pembaca diajak menjadi manusia hibrida ekologis—mengintegrasikan spiritualitas, inovasi, dan tindakan nyata untuk bumi dan sesama.
Dengan narasi mindblowing, futuristik, namun tetap dekat dengan tradisi, buku ini adalah panduan bagi siapa saja yang ingin hidup selaras dengan alam, berkembang secara modern, dan menemukan harmoni dalam kontradiksi kehidupan.
Dian Nafiatul Awaliyah, ST. MKP. adalah seorang akademisi, penulis, dan praktisi ecotheology yang menekuni hubungan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Dengan latar belakang ilmu kependudukan dan kesehatan masyarakat, ia menggabungkan kearifan lokal, tradisi spiritual, dan inovasi modern dalam setiap pemikiran dan karya tulisnya.
Sebagai penggagas konsep Hybrid Paradox, Dian menekankan bahwa kontradiksi antara modernitas dan tradisi, teknologi dan spiritualitas, atau manusia dan alam bisa dirangkul menjadi harmoni hidup yang sadar dan berkelanjutan. Karyanya mengajak pembaca untuk melihat dunia dengan kesadaran kolektif, empati ekologis, dan keberanian inovatif.
Di luar akademik, Dian aktif dalam berbagai proyek komunitas, edukasi lingkungan, dan pengembangan praktik spiritual-ekologis yang relevan dengan kehidupan modern. Ia percaya bahwa setiap tindakan sehari-hari dapat menjadi doa, dan setiap inovasi dapat menjadi persembahan bagi bumi.
Melalui buku ini, Dian berharap pembaca tidak hanya memahami teori ecotheology, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai Hybrid Paradox dalam kehidupan nyata, menjadi manusia hibrida ekologis yang harmonis, kreatif, dan bijaksana.