Rokok Ketiga adalah buku kumpulan cerita yang memiliki beberapa tema cinta yang dihadirkan secara tak biasa-biasa saja. Cinta yang ditempuh oleh tokoh-tokoh dalam Rokok Ketiga adalah jalan sungsang kesengsaraan cinta.
Nyaris pembaca tak menemukan cinta yang bahagia di sini. Cinta seolah benang kusut dan memang dibiarkan saja begitu. Sebab, benang itu akan semakin kusut jika diurai. Atau, hanya akan ditemukan benang-benang yang putus jika memaksa mengurainya.
* * *
Anak perempuan, anak perempuan, anak perempuan… tidak boleh begini, tidak boleh begitu, tidak boleh ini, tidak boleh itu… bla bla bla… selalu begitu aku menjawab dalam hati. Tapi, aku selalu diam di permukaan sebab adat mengajariku hanya boleh mengatakan “nggeh” pada orang tua.
Nyatanya, kediaman itu tidak mampu mendiamkan tuntutan dalam hatiku. Beribu-ribu kali aku ingin berontak. Ingin menanyakan apa yang salah dengan perempuan?
Kenapa perempuan jauh lebih banyak aturan dari lelaki? Kenapa perempuan tidak boleh begini tidak boleh begitu? Kenapa perempuan tidak boleh keluar rumah? Kenapa perempuan tak mendapatkan hak untuk mendapatkan wawasan seperti lelaki? Kenapa perempuan tidak perlu mendapatkan pendidikan setinggi lelaki? Apa baiknya dari adat yang merendahkan perempuan?! Aku tak mau mung nang pawon, cuma jadi penunggu dapur.
(Chusna Rizqati, Kutipan Cerita "Rokok Ketiga")