Terdapat tiga puluh puisi kolaborasi yang tersebar dalam beberapa kategori tema yang bersinonim nyata dengan keadaan manusia di masa pandemi ini.
Kehidupan yang terpaksa minta diubah karena harus menyesuaikan dengan keadaan, yang membuat kita semua membangkitkan sisi refleksi dan pemberontakan dalam diri kita, yang berjalan beriringan dengan kritik dan kecemasan yang membuat kita mungkin membutuhkan sebuah pedoman; protokol; puisi.
Dengan adanya protokol yang tak hanya seolah-olah memberi gambaran akan masa-masa yang sulit, buku ini mengajak kita untuk merayakannya. Membuatnya menjadi sebuah peristiwa yang dapat dikenang dalam ujud penerimaan yang baik dan indah.
Selamat merayakan.
Adam adalah seorang Aries-Gemini-Gemini. Lebih percaya Google Maps ketimbang politisi dan astrologi. Suka berpetualang tapi lebih suka saat waktunya pulang. Sarjana Hukum yang mencari ketenangan dari bahasa kaku peraturan lewat puisi dan nyanyian. Punya cita-cita untuk bikin padepokan seni sendiri.
Pandemi memaksanya mengurung diri di rumah: berpikir, merenung, berkontemplasi. ‘Protokol Merayakan Pandemi’ adalah project kedua yang tercipta berkat corona setelah EP musik pertamanya sebagai ADAMENDRA yang berjudul A Pandemic Road To... Bachelor!
Selain keluar untuk mengantar ibu berbelanja, ia mematuhi imbauan pemerintah selama pandemi: disiplin rapid test tiap kali bepergian — dari Jakarta hingga Kaltara.
Nabila lahir di Sleman, 22 tahun silam. Seorang cancer yang suka mengamati orang, membaca, melukis, menulis, dan berbicara dengan binatang. Selain menjadi dokter hewan, menerbitkan buku puisi adalah keinginan yang ia citakan semenjak duduk di bangku SMA.
Saat ini, ia sedang menjalankan program pendidikan profesi dokter hewan sambil sesekali menulis apa saja di blognya: nblcs.blogspot.com. Ia juga sedang merayakan pandemi dengan patuh mengkarantina diri di rumahnya di Yogyakarta. Namun sesekali keluar untuk membeli makanan kucing.